Suatu topik menarik tentang gaya hidup Kristen dari sisi keuangan... Cekidot gan... :D
Minggu dua hari yang lalu, saya bersama dua orang teman pergi kebaktian sore hari di HKBP Tebet. Kebetulan waktu itu adalah untuk kebaktian berbahasa Indonesia sehingga lebih baik untuk memahami isi kotbah ketimbang jika pake bahasa Batak.
Pendeta Andreas Sustono, S.Th. adalah pengkotbah pada sore hari itu.
Saya tercengang. Sejujurnya dia memberikan sebuah pola hidup yang baru, yang langsung dari dirinya untuk dapat dicontoh oleh jemaat. Lebih menariknya lagi, dia telah memberikan jawaban yang selama ini saya tunggu2, yaitu bagaimana gaya hidup Kristen dari sisi keuangan.
Isi dari kotbah itu diambil dari Matthew 2:1-12. Biarkan saya menuliskan ayat yang menjadi persembahan tiga Majus untuk Yesus.
"On coming to the house, they saw the child with his mother Mary, and they bowed down and worshiped him. Then they opened their treasures and presented him with gifts of gold and of incense and of myrrh.
Well, "Dimana Hartamu di situlah Hatimu."
Kalimat tersebut yang dikatakan oleh pengkotbah. Apa pasal? Dia menjelaskan ketika kita menganggarkan pendapatan kita untuk sesuatu yang terfokus, maka hati kita akan tertuju kepada yang terfokus tersebut.
Pengkotbah selanjutnya mengatakan bahwa seorang Kristen harus menyisihkan 10% dari pendapatan bersihnya untuk dapat dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya tertegun dan akhirnya mendapatkan jawabatan atas pertanyaan yang terngiang selama ini. Bahwa perlu pengaturan alokasi pendapatan secara persentase ke dalam biaya persepuluhan, saving, daily cost, self improvement (investment), lifestyle, bahkan utang. Ini penting karena setiap orang dapat dilihat karakternya melalui cara/metode pengaturan anggaran keuangannya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut.
1. Persepuluhan (10%): Untuk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Saving (20%): Untuk tabungan/menggaji diri sendiri, biaya dadakan.
3. Self Expense (40): Untuk biaya hidup sehari-hari.
4. Self Improvement (Investment) (20): Untuk pengembangan diri (pendidikan, investasi diri)
5. Lifestyle (8%): Untuk sosial, hobi, gaya hidup dan pergaulan.
6. Contingency (2%): Untuk biaya lain-lain.
Itulah yang bisa kita pelajari dari isi kotbah tersebut. Bahwa awalnya seseorang harus 'membayar' atau mempersembahkan yang terbaik dan pertama dari pendapatannya untuk Tuhan Yang Maha Esa. Terbaik yang dalam arti bukan banyak, karena banyak itu relatif, tetapi memiliki pengertian terfokus dengan niat yang tulus.
(Sambungan)
Revisi dan tambahan tulisan di atas per tanggal 8 April 2013.
Namun cerita tidak sampai di sini..
Ternyata jika diperhatikan lebih jauh, anggaran tersebut adalah masih kurang lengkap. Kita selain sebagai anak Tuhan, juga adalah warga negara yang baik, yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan negara. So, seharusnya, setelah nomor 1 (Persepuluhan), yang kedua adalah pajak penghasilan..
Tertegun dengan tulisan seorang Pendeta yang berbeda dari yang disebut di atas, beliau tidak menuliskan pajak penghasilan di dalam anggara tersebut, hingga akhirnya penulis berpikir bahwa memang kebanyakan dari kita adalah pegawai ataupun karyawan baik swasta maupun negeri. Semua pajak penghasilan sudah dipotong terlebih dahulu oleh perusahaan sebelum gaji dibayarkan tiap akhir bulan. Mungkin cukup wajar beliau melupakan anggaran pengeluaran ke alokasi pajak ini. Tapi apakah itu baik dan benar??
So, bagaimana dengan para pengusaha/pelaku bisnis?
Mereka adalah kaum2 yang menghitung pajak penghasilan/pendapatan mereka, dan jika tidak teliti, kemungkinan akan banyak menghabiskan waktu dengan para petugas pajak. Dan seperti di berita-berita yang kita dengar, banyak dari mereka yang menggelapkan pajak untuk motivasi memperkaya diri.
Intinya adalah, jika kita adalah warga Tuhan dan juga warga negara yang baik, hendaknya kita juga mengalokasikan anggaran tersebut dengan sebaik2nya. Warga negara yang baik akan turut berpartisipasi dalam pembangunan negara dan bangsa ini..
Anggaran pajak penghasilan untuk pegawai dengan pendapatan menengah berkisar 8-10%. Untuk mempermudah perhitungan, kita tetapkan saja 10%. Sehingga akan saya kurangkan dari self-expense dan lifestyle.
Sehingga alokasi anggaran keuangan yang terbaru adalah sebagai berikut.
1. Persepuluhan (10%): Untuk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pajak penghasilan (10%): Untuk pembangunan negara dan daerah.
3. Saving (20%): Untuk tabungan/menggaji diri sendiri, biaya dadakan...
4. Self Expense (33%): Untuk biaya hidup sehari-hari.
5. Self Improvement (Investment) (20%): Untuk pengembangan diri (pendidikan, investasi diri)
6. Lifestyle (5%): Untuk sosial, hobi, gaya hidup dan pergaulan.
7. Contingency (2%): Untuk biaya lain-lain.
Jika dilihat secara garis besar,
1. masing2 10% kita peruntukkan untuk mengembalikan dana tersebut ke Tuhan dan ke negara tempat kita hidup dan berbisnis.
2. Self-expense memakan sekitar 1/3 dari pengeluaran kita.
3. Sisanya adalah dikeluarkan untuk diri kita sendiri, warga sekitar kita..
Sekian ulasan persepuluhan ini saya bagikan ke teman2, sekiranya ada pendapat lain, kita bisa diskusikan bersama.. Terima kasih atas perhatian dan waktunya.
salam,
andrew
Selasa, 25 Januari 2011
Langganan:
Komentar (Atom)